PERTOLONGAN
PERTAMA
Pertolongan
Pertama
Pemberian
pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang
memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.
Tujuan
Pertolongan Pertama
1.
Menyelamatkan
jiwa penderita
2.
Mencegah
cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang
proses penyembuhan
Sistem
Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
Dalam
perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari
suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu, yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan,
khususnya di bidang kesehatan.
Komponen Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:
1.
Akses
dan Komunikasi
Masyarakat
harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang umum maupun
yang khusus.
2. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh
memberikan pertolongan.
Klasifikasi
Penolong:
1.
Orang
Awam
Tidak
terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
2. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR
PMI
3. Tenaga Khusus/Terlatih
Tenaga yang dilatih secara khusus
untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
4. Transportasi
Mempersiapkan penderita untuk
ditransportasi
Dasar
Hukum
Di
dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan
Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya.
Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan
Pertolongan
Saat
memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih
dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2
macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :
1.
Persetujuan
yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan
yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita
tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu
memberikan persetujuan
2. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed
Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara
lisan maupun tulisan oleh penderita.
Alat Perlindungan Diri
Keamanan
penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan
peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :
a.
Sarung
tangan lateks
b.
Kaca
mata pelindung
Mata juga termasuk pintu gerbang
masuknya penyakit kedalam tubuh manusia
c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari
merembesnya carian tubuh melalui pakaian.
d. Masker penolong
Mencegah penularan penyakit melalui
udara
e. Masker Resusitasi Jantung Paru
Masker yang dipergunakan untuk memberikan
bantuan napas
f. Helm
Mencegah benturan di kepala ketika
melakukan pertolongan.
FUNGSI
ALAT PELINDUNG DIRI
Untuk mencegah penularan
penyakit melalui cairan tubuh:
-
Mencuci
Tangan
-
Membersihkan
peralatan
-
Mencuci
Membersihkan
perlatan dengan sabun dan air
-
Desinfeksi
Menggunakan
bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri patogen
-
Sterilisasi
Proses menggunakan bahan kimia atau
pemanasan untuk membunuh semua mikroorganisme.
- Menggunakan APD
Kewajiban
Pelaku Pertolongan Pertama
Dalam
menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :
a.
Menjaga
keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b.
Dapat
menjangkau penderita.
c.
Dapat
mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d.
Meminta
bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat
dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama
lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis
penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas
lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk
ditransportasi.
Kualifikasi
Pelaku Pertolongan Pertama
Agar
dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi
sebagai berikut :
a.
Jujur
dan bertanggungjawab.
b.
Memiliki
sikap profesional.
c.
Kematangan
emosi.
d. Kemampuan bersosialisasi.
e. Kemampuannya nyata terukur sesuai
sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan mengikuti kursus penyegaran.
f. Selalu dalam keadaan siap, khususnya
secara fisik
g. Mempunyai rasa bangga.
Peralatan
Pertolongan Pertama
-
Alat
pelindung diri
- Helm pelindung
- Kaca mata pelindung
- Kaus tangan lateks
- Baju pelindung
- Masker penolong
- Masker resusitasi
-
Isi
tas pertolongan pertama
Pinset 2
buah
Gunting 1
buah
Kasa gulung / kasa steril
standard 1 pack
Kapas 1 pack
Plaster gulung
1 roll
Plaster standard
3 buah
Stetoskop 1
buah
Spigmomanometer
1 buah
Senter
1
buah
Selimut
1 buah
Mitela
12 buah
Pembalut cincin 1
buah
Pembalut gulung
3 buah
Kartu penderita + bolpoint
1 buah
Alkohol / revanol
1 botol
Betadine
1 botol
Bantalan kasa 2 buah
Peniti
1 lusin
Plastik tempat sampah
2 buah
Air bersih (sterilisasi manual dan
alternatif)
1 botol
Cotton bud
1 pack
Alas peralatan
1 buah
Jam tangan
1 buah
Lembar list peralatan
pp
1 lembar
-
Tandu
1 set
-
Bidai
1 set
-
Bendera
PMI ( 40 x 60 cm )
1 buah
-
Tongkat
caraka 1 buah
catatan : jumlah dan kebutuhan
menyesuaikan
contoh laporan penata laksanaan korban
LAPORAN
PENATALAKSANAAN KORBAN
1.
Nama : Jeniskelamin: P/L
2.
Umur :
3.
Alamat :
4.
Kesan
umum :
(Kasus Trauma / KasusMedis / Kasus Trauma Medis)
5.
Penyebab :
6.
Penilaian
dini
a. Tingkat respon : ( Awas/Suara/Nyeri/TidakRespon
)
b. Keadaan jalur nafas : ( Terbuka/ Tertutup )
c. Keadaan pernafasan : ( Ada / Tidak Ada )
d. Keadaan sirkulasi : ( Ada / Tidak Ada )
7.
Penatalaksanaan
BHD :
8.
Hasil
pemeriksaan fisik :
a. …………………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………...
c. ……………………………………………………………………...…………
d. ………………………………………………………………………....……..
e. ………………………………………………………………………………..
f. ……………………………………………………………………...………..
g. …………………………………………………………………...…………..
9.
Penatalaksanaan
a. ………………………………………………………………………………
b. …………………………………………………………………………….....
c. ……………………………………………………………………………....
d. ……………………………………………………………………………....
e. ………………………………………………………………………....……
f. ………………………………………………………………………...……
g. …………………………………………………………………………...…
10. Tanda Vital
a. Frekwensi Nafas :
b. Frekwensi Nadi :
c. Suhu
:
d. Tekanan Darah :
e. Keadaan kulit :
11. Riwayat Penderita
a. Keluhan utama :
b. Obat Yang Diminum :
c. Makanan/Minuman Terakhir :
d. Penyakit Yang Diderita :
e. Alergi Yang Dialami :
f. Kejadian :
12. Hasil Pemeriksaan Berkala
KEADAAN
|
TAHAP 1
|
TAHAP 2
|
TAHAP 3
|
TAHAP 4
|
Jam: ………..
|
Jam: ………..
|
Jam: ………..
|
Jam: ………..
|
|
Respon
|
||||
Frekwensi
nafas
|
||||
Frekwensi
nadi
|
||||
Tekanan
Darah
|
||||
Suhu
|
||||
Keadaan
Kulit
|
13. Korban di rujuk ke :
Palasah,……………………………
Penolong
(………………
ANATOMI
Pengertian
– pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi
adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu
yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh
manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi
anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan
menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Bidang Anatomis
Dalam
posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah
bidang khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh
menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh
menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh
menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah
lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke
titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
Pembagian tubuh manusia
Tubuh
manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar,
tubuh manusia dibagi menjadi :
a.
Kepala
Tengkorak,
wajah, dan rahang bawah
b.
Leher
c.
Batang
tubuh
Dada, perut,
punggung, dan panggul
d.
Anggota
gerak atas
Sendi bahu,
lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e.
Anggota
gerak bawah
Sendi
panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
f.
Rongga
dalam tubuh manusia
Selain
pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam
tubuh yaitu :
a. Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b. Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal
cord”
c. Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d. Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ
pencernaan
Untuk
mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran
sebagai berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu,
pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan
usus)
iii. Kwadran kanan bawah
(terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah
(terutama usus).
e. Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus
besar, dan organ reproduksi dalam
Sistem dalam tubuh
manusia
Agar
dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a.
Menopang
bagian tubuh
b.
Melindungi
organ tubuh
c.
Tempat
melekat otot dan pergerakan tubuh
d.
Memberi
bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk
memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan
darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh
manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan
yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk
dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi
TINDAKAN PERTOLONGAN
PERTAMA
Saat
menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan
tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi
korbannya.
Langkah – langkah penilaian pada
penderita
a.
Penilaian
Keadaan
b.
Penilaian
Dini
c.
Pemeriksaan
Fisik
d.
Riwayat
Penderita
e.
Pemeriksaan
Berkala atau Lanjut
f.
Serah
terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian
keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya
pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita
hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang
penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan
ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah
nomor satu.
Keamanan lokasi
Pelaku
pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan
serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan –
pertanyaan seperti dibawah.
a.
Bagaimana
kondisi saat itu
b.
Kemungkinan
apa saja yang akan terjadi
c.
Bagaimana
mengatasinya
Setelah
keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua
ini berjalan bersamaan.
Tindakan saat tiba di
lokasi
Bila
anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1.
Memastikan
keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi kejadian.
2.
Penolong
harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
- Nama Penolong
- Nama Organisasi
- Permintaan izin untuk menolong dari
penderita / orang
3.
Menentukan
keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian dini
dari penderita.
4.
Mengenali
dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5.
Stabilkan
penderita dan teruskan pemantauan.
6.
Minta
bantuan.
Sumber Informasi
Informasi
tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
-
Kejadian
itu sendiri.
- Penderita (bila sadar).
- Keluarga atau saksi.
- Mekanisme kejadian.
- Perubahan bentuk yang nyata atau
cedera yang jelas.
-
Gejala
atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Melakukan Penilaian Dini
Penolong
harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam
nyawa korban.
Langkah-langkah
penilaian dini
a.
Kesan
umum
Seiring mendekati
penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma – Mempunyai tanda – tanda
yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis – Tanpa tanda – tanda yang
terlihat atau teraba
b.
Periksa
Respon
Cara sederhana untuk
mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak penderitaTerdapat 4
tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali
keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila
dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap
rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya dicubit, tekanan pada
tulang dada.
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap
rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak membuka mata, tidak
bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi pada rangsang nyeri.
c.
Memastikan
jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan
pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun usaha yang
dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
atau
-
Pasien
dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah
dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya gangguan jalan napas
biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
-
Pasien
yang tidak respon
Pada penderita yang
tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk membuka jalan
napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan dahi.
Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang
mungkin menyumbat saluran napas
d.
Menilai
pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya
napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3 – 5 detik.
Pernapasan yang cukup
baik
i. Dada naik dan turun
secara penuh
ii. Bernapas mudah dan
lancar
iii. Kualitas pernapasan
normal
(<8 x/menit dewasa,
<10 x/menit anak – anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang
baik
i. Dada tidak naik atau turun secara penuh
ii. Terdapat kesulitan
bernapas
iii. Cyanosis (warna
biru/abu – abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv. Kualitas pernapasan
tidak normal
e.
Menilai
sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung
cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat mengancam nyawa yang
tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah dalam jumlah yang cukup
banyak.
f.
Hubungi
bantuan
Mekanisme Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik harus
dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala sampai ujung
kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan (Inspection)
2. Perabaan (Palpation)
3. Pendengaran (Auscultation)
Beberapa hal yang dapat dicari pada
saat memeriksa korban :
P erubahan bentuk - (Deformities)
bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya
terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness) daerah yang
cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling) daerah yang
cedera mengalami pembengkakan
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua
tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan
dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1. Kepala
-
Kulit
Kepala dan Tengkorak
-
Telinga
dan Hidung
-
Pupil
Mata
-
Mulut
2. Leher
3. Dada
-
Periksa
perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
-
Rasakan
perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
-
Lakukan
perabaan pada tulang
4. Abdomen
-
Periksa
rigiditas (kekerasan)
-
Periksa
potensial luka dan infeksi
-
Mungkin
terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
-
Periksa
adanya pembengkakan
5. Punggung
-
Periksa
perubahan bentuk pada tulang rusuk
-
Periksa
perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
a.
Frekuensi
nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tida
b. Frekuensi napas, juga apakah proses
bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda
sesak napas.
c. Tekanan darah
Sistolik : 100 – 140 mmHg
Diastolik : 60 – 90 mmHg
d.
Suhu,
diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering,
berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya. (suhu normal : 37 derajat
Celcius)
Denyut
Nadi Normal :
Bayi : 120 – 150 x/menit
Anak : 80 – 150 x/menit
Dewasa : 60 – 90 x/menit
Frekuensi
Pernapasan Normal:
Bayi : 25 – 50 x/ menit
Anak : 15 – 30 x/ menit
Dewasa : 12 – 20 x/
menit
Riwayat
Penderita
Mengingat wawancara yang
dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama
(gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat
dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang
diminum.
Pengobatan yang sedang
dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang seharusnya
diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman
terakhir
Peristiwa ini mungkin
menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu data ini
juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan
kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang
diderita
Riwayat penyakit yang
diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan keadaan yang
dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat
gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah
penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk alergi,
biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami
korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda penyakit
yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil
memeriksa korban, tidak perlu menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Pemeriksaan
Berkelanjutan
Setelah
selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan
berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada
kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit,
sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa
hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1.
Keadaan
respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki
bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi
dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan
bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu,
kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki,
mungkin ada bagian yang terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin
ada bagian yang belum diperiksa atau sengaja dilewati karena melakukan
pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan
penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada tindakan lainnya. Periksa
kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan
sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan
penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan dan Serah
terima
Biasakanlah
untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan
anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal
yang sebaiknya dilaporkan adalah :
-
Umur
dan jenis kelamin penderita
-
Keluhan
Utama
-
Tingkat
respon
-
Keadaan
jalan napas
-
Pernapasan
-
Sirkulasi
-
Pemeriksaan
Fisik yang penting
-
KOMPAK
yang penting
-
Penatalaksanaan
-
Perkembangan
lainnya yang dianggap penting
Bila
ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih
korban dari tangan anda.
Serah
terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda,
atau anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
BANTUAN
HIDUP DASAR
Sistem
pernapasan dan sirkulasi
a. Sistem pernapasan, fungsi :
-
Mengambil
oksigen
-
Mengeluarkan
CO2
-
Menghangatkan
dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran napas :
i. Mulut/hidung
ii. Faring
iii. Larings
iv. Trakea
v. Bronkus
vi. Bronkiolus
vii. Alveolus (tempat pertukaran O2
dan CO2 di paru-paru).
b. Sistem sirkulasi, fungsi :
-
Alat
angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
-
Pertahanan
tubuh terhadap penyakit dan racun
-
Mengedarkan
panas ke seluruh tubuh
-
Membantu
membekukan darah bila terjadi luka
Sistem sirkulasi, terdiri dari :
i.
Jantung
ii. Pembuluh darah ( arteri, vena,
kapiler )
iii. Darah dan komponennya ( sel darah
merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
iv. Saluran limfe
Pengertian mati klinis
dan mati biologis
Mati
klinis :
Tidak
ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita
punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan
otak.
Mati
biologis :
Biasanya
terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel
otak, bersifat irreversibel. (kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin,
pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil).
Tanda-tanda
pasti mati :
a.
Lebam mayat
b.
Kaku mayat
c.
Pembusukan
d.
Tanda lainnya : cedera mematikan.
komponen
rantai survival
a.
Kecepatan dalam permintaan bantuan
b.
Resusitasi jantung paru ( RJP )
c.
Defibrilasi
d.
Pertolongan hidup lanjut
komponen
Bantuan Hidup Dasar
a.
A (Airway Control) : penguasan jalan
napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c. C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi
(pijatan jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.
2
macam penyebab utama sumbatan jalan napas
-
Lidah
(pada orang dewasa yang tidak ada respon)
-
Benda
asing (pada bayi dan anak kecil )
2 macam
cara membuka jalan napas
-
Teknik
angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang belakang).
-
Perasat
pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)
Cara
memeriksa napas
Dengan
cara LDR (lihat, dengar, rasakan) selama 3-5 detik.
2
teknik untuk membersihkan jalan napas
-
Menempatkan
posisi pemulihan
-
Sapuan
jari
Mengenali
sumbatan jalan napas
-
Sumbatan
parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas
tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
-
Sumbatan
total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran
Cara
mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan
jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur),
yaitu :
-
Hentakan
perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan
pusar.
-
Hentakan
dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada
Prinsip
dasar bantuan pernapasan
2
Teknik bantuan pernapasan :
a.
Menggunakan
mulut penolong:
-
mulut
ke masker RJP
-
mulut
ke APD
-
mulut
ke mulut/ hidung
b.
Menggunakan alat bantu: kantung masker
berkatup (BVM/Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian
napas dari mulut ke mulut ;
-
penyebaran
penyakit
-
kontaminasi
bahan kimia
-
muntahan
penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untuk
masing-masing kelompok umur penderita.
-
Dewasa
: 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik
-
Anak(1-8
th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
-
Bayi
(0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
-
Bayi
baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Tanda
pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas
a.
Tanda
pernapasan adekuat :
-
Dada
dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
-
Penderita
tampak nyaman
-
Frekuensi
cukup ( 12-20x/menit )
b. Tanda pernapasan kurang adekuat :
-
Gerakan
dada kurang baik
-
Ada
suara napas tambahan
-
Kerja
oto bantu napas
-
Sianosis
( kulit kebiruan )
-
Frekuensi
napas kurang/ berlebih
-
Perubahan
status mental
c. Tanda tidak bernapas :
-
Tidak
ada gerakan dada/ perut
-
Tidak
terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
-
Tidak
terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.
Prinsip
dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan
sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
-
Dewasa
: 4 – 5 cm
-
Anak
dan bayi : 3 – 4 cm
-
Bayi
: 1,5 – 2,5 cm
Prinsip
Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan
RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum
melakukan RJP, penolong harus memastikan :
-
Tidak ada respon
-
Tidak
ada napas
-
Tidak
ada nadi
-
Alas
RJP harus keras dan datar
a. 2 macam rasio pada RJP
1)
Dewasa
dikenal 2 rasio :
-
2
penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
-
1
penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
2)
iAnak
dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus
b.
Prinsip
penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar
bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang
punggung.
Letak titik pijatan pada
PJL :
1)
Dewasa
: 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
2)
Anak
: 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
3)
Bayi
: 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2
jari ( jari tengah dan jari manis)
c. 6 tanda RJP dilakukan dengan baik
1)
Saat
melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka
berarti tekanan kita cukup baik.
2)
Gerakan
dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
3)
Reaksi
pupil mata mungkin kembali normal
4)
Warna
kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
5)
Mungkin
ada reflek menelan dan bergerak
6)
Nadi
akan berdenyut kembali
d. 5 macam komplikasi yang dapat terjadi
pada RJP
1)
Patah
tulang dada/ iga
2)
Bocornya
paru-paru ( pneumothorak)
3)
Perdarahan
dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
4)
Luka
dan memar pada paru-paru
5)
Robekan
pada hati
e. 4 keadaan dimana tindakan RJP di
hentikan
1)
penderita
pulih kembali
2)
penolong
kelelahan
3)
diambil
alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
4)
jika
ada tanda pasti mati
f. Kesalahan pada RJP dan akibatnya
KESALAHAN
|
AKIBAT
|
Penderita
tidak berbaring pada bidang keras
|
PJL
kurang efektif
|
Penderita
tidak horisontal
|
Bila
kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang
|
Tekan
dahi angkat dagu, kurang baik
|
Jalan napas terganggu
|
Kebocoran
saat melakukan napas buatan
|
Napas
buatan tidak efektif
|
Lubang
hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat
pernapasan buatan
|
Napas
buatan tidak efektif
|
Tekanan
terlalu dalam/ terlalu cepat
|
Patah
tulang, luka dalam paru-paru
|
Rasio
PJL dan napas buatan tidak baik
|
Oksigenasi
darah kurang
|
PENDARAHAN
Pengertian
Perdarahan
Sistem
peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh
darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh
darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan
makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.
Jantung
Bagian
sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru
– paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian
sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk
kembali diperkaya dengan oksigen.
Arteri/Pembuluh
Nadi
Adalah
pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh
Balik
Adalah
pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung.
Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh
Rambut
Arteri
akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai
hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang
hanya berupa titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat
dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat
dengan kulit.
Lokasi
pengecekan denyut yang paling mudah:
1.
Radial – Berada di pergelangan tangan
2.
Carotid – Berada di leher
3.
Femoral – Berada di lipatan paha
4.
Bracial – Berada di lipatan ketiak / lengan atas
Setiap
kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
Sumber
Perdarahan
Perdarahan
terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti
cedera atau penyakit.
Berdasarkan
sumber perdarahan:
a.
Perdarahan nadi
b.
Perdarahan pembuluh balik
c.
Perdarahan pembuluh rambut
Jenis
Perdarahan
Perdarahan
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan
luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh
dan terlihat ada di luar tubuh.
Perdarahan
dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir
langsung keluar tubuh.
Perdarahan
yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.
Perdarahan
luar
Untuk
membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita,
hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban
sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini
maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang
cukup banyak.
Perawatan
untuk Perdarahan luar
a.
Tekanan Langsung
b.
Elevasi
c.
Titik Tekan
d.
Immobilisasi
Menggunakan
Torniket
Torniket
hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk
menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik
perdarahan.
Perdarahan
dalam
Perdarahan
dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita.
Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.
Gejala
dan Tanda Pendarahan Dalam
Beberapa
tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:
a.
Batuk darah berwarna merah muda
b.
Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c.
Terdapat memar
d.
Bagian Abdomen terasa lunak
Perawatan
untuk Perdarahan dalam
Ingatlah
untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi
tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan
berikan oksigen sesuai peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi
jangan sampai kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya
Laporkan
kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga terlatih segera setelah
mereka tiba di lokasi.
Bahaya
lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak
kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah
korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong
dapat tertular penyakit.
Perdarahan
dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
5. Buang air besar atau air kecil berdarah
6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding
perut
Perawatan
Perdarahan
1. Perlindungan terhadap infeksi pada
penanganan perdarahan
a.
Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b.
Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c.
Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d.
Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan
tubuh korban.
1. Pada perdarahan besar:
a.
Jangan buang waktu mencari penutup luka
b.
Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau dengan
bahan lain.
c.
Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung
(hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada
titik-titik tekan.
d.
Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e.
Pasang pembalutan penekan
1. Pada perdarahan ringan atau terkendali
:
a.
Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b.
Tekan sampai perdarahan terkendali
c.
Pertahankan penutup luka dan balut
d.
Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
1. Perdarahan dalam atau curiga ada
perdarahan dalam
a.
Baringkan dan istirahatkan penderita
b.
Buka jalan napas dan pertahankan
c.
Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d.
Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok
e.
Jangan beri makan dan minum
f.
Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g.
Rujuk ke fasilitas kesehatan
SYOK
Syok
terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang
mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak,
jantung dan paru-paru).
Penyebab
Ø
Kegagalan jantung memompa darah
Ø
Kehilangan darah dalam jumlah besar
Ø
Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat
mengisinya dengan baik
Ø
Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.
Gejala
dan tanda syok
Ø
Nadi cepat dan lemah
Ø
Napas cepat dan dangkal
Ø
Kulit pucat,dingin dan lembab
Ø
Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
Ø
Haus
Ø
Mual dan muntah
Ø
Lemah dan pusing
Ø
Merasa seperti mau kiamat, gelisah
Penanganan
syok
Ø
Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
Ø
Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 – 30 cm bila tidak ada kecurigaan
patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau
tandu maka angkat bagian kaki.
Ø
Pakaian penderita dilonggarkan
Ø
Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
Ø
Tenangkan penderita
Ø
Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
Ø
Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
Ø
Jangan beri makan dan minum.
Ø
Periksa berkala tanda vital secara berkala
Ø
Rujuk ke fasilitas kesehatan
CEDERA
JARINGAN LUNAK
Pengertian
Cedera
jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau
pembuluh darah akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan
istilah luka. Beberapa penyulit yang dapat terjadi adalah perdarahan,
kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan penyebab dan beratnya
cedera yang terjadi.
Klasifikasi
Luka
Luka
secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a.
Luka terbuka
Cedera
jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya
kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b.
Luka tertutup
Cedera
jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya
jaringan di bawah kulit.
Pembagian
ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu cedera.
Luka
Terbuka
Luka
terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a.
Luka lecet
Terjadi
biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b.
Luka robek
Luka
ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan
dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c.
Luka sayat
Diakibatkan
oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya biasanya rapi.
Sering merupakan kasus kriminal
d.
Luka tusuk
Terjadi
bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman luka
jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e.
Luka avulsi
Luka
ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang
menempel.
f.
Luka amputasi
Bagian
tubuh tertentu putus.
Luka
Tertutup
Luka
tertutup yang sering ditemukan adalah :
a.
Luka memar
Terjadi
akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan
tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa
terlihat dari luar berupa warna merah kebiruan
b.
Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya
sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di bawah
permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak,
biasanya besar yang kemerahan.
c.
Luka remuk
Terjadi
akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka.
Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.
Penutup
dan Pembalut Luka
Penutup
luka
1.
Membantu mengendalikan perdarahan
2.
Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3.
Mempercepat penyembuhan
4.
Mengurangi nyeri
Mekanisme
Penutupan luka
Ø Penutup luka harus meliputi seluruh
permukaan luka.
Ø Upayakan permukaan luka sebersih mungkin
sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya
adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Ø Pemasangan penutup luka harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak
terkontaminasi
Pembalut
Pembalut
adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut
dibuat dari bermacam materi kain.
Fungsi
pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan
perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada
tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh
yang cedera.
Pemasangan
yang baik akan membantu proses penyembuhan.
Beberapa
jenis pembalut
Ø
Pembalut pita/gulung.
Ø
Pembalut segitiga (mitela), Funda
Ø
Pembalut penekan.
Pembalutan
Ø
Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan
penekanan untuk menghentikan perdarahan.
Ø
Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Ø
Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat
memindahkan korban
Ø
Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk
menambah luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah
terjadinya kerusakan jaringan.
Ø
Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila
pembalutan kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat
artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
Ø
Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih
dahulu lalu mendekati tubuh.
Ø
Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan
sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.
Penggunaan
penutup luka penekan dan pembalut
Kombinasi
penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan
langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa
steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup
luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah
luka (distal).
Perawatan
luka Terbuka
1.
Pastikan daerah luka terlihat
2.
Bersihkan daerah sekitar luka
3.
Kontrol perdarahan bila ada
4.
Cegah kontaminasi lanjut
5.
Beri penutup luka dan balut
6.
Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah
7.
Tenangkan penderita
8.
Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9.
Rujuk ke fasilitas kesehatan
Perawatan
Luka Tertutup
Lakukan
perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam
Khusus
untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Ø
BERIKAN KOMPRES DINGIN (MISALNYA KANTUNG ES)
Ø
BALUT TEKAN
Ø
ISTIRAHATKAN ANGGOTA GERAK TERSEBUT
Ø
TINGGIKAN ANGGOTA GERAK TERSEBUT
Bila
ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita dirawat seperti syok.
Perawatan
luka dengan benda asing menancap
Langkah-langkah
perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah sebagai
berikut:
1.
Stabilkan benda yang menancap secara manual.
2.
Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut
3.
Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4.
Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
5.
Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau
berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6.
Rawat syok bila ada
7.
Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
8.
Rujuk ke fasilitas kesehatan.
CEDERA
SISTEM OTOT RANGKA
Cedera
Otot Rangka
Alat
gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia
sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan
mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan
yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang.
Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau
hanya sebagian saja.
Penyebab
Pada
dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki
kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut
akan patah.
Cedera
dapat terjadi sebagai akibat :
1.
Gaya langsung.
Tulang
langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2.
Gaya tidak langsung.
Gaya
yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang
relatif lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang
menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti
3.
Gaya puntir.
Selain
gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah.
Ini sering terjadi pada lengan.
Mekanisme
terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan
patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat
cedera yang kita hadapi.
Gejala
dan tanda patah tulang
Mengingat
besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat
tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang
:
1. Perubahan bentuk pada anggota badan
yang patah. Seing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling
baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku
pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan
warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah
yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera
tersebut).
5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah
pada luka.
Pembagian
Patah Tulang
Berdasarkan
kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup
Yang
membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang
terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat
bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka
maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi
tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan
patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian
adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan
pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung
tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru
disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan
yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Beberapa
macam jenis bidai :
1. Bidai keras.
Umumnya
terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan
ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di
lapangan.
Contoh
: bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
2. Bidai traksi.
Bidai
bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh
: bidai traksi tulang paha
3. Bidai improvisasi.
Bidai
yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh
: majalah, koran, karton dan lain-lain.
4. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian
dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan
memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan
daerah cedera.
Contoh
: gendongan lengan.
Pedoman
umum pembidaian
Membidai
dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan
kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian
yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada
daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian
distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada
bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang
cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang
yang patah.
8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang
yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita
yang sehat.
9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua
tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
10.
Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
11.
Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
12.
Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
13.
Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian
sendi atas dari tulang yang patah.
14. Selesai dilakukan pembidaian,
dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang
pertama.
15.
Jangan membidai berlebihan.
LUKA
BAKAR
Sebab
:
v
Panas
v
Kimia
v
Listrik
v
Radiasi
PENGGOLONGAN
Berdasarkan
dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
1.
Luka bakar superfisial (derajat satu)
Hanya
meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai
dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2.
Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi
lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka
bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit
berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
3.
Luka bakar derajat tiga
Lapisan
yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam.
Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat
atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa
karena kerusakan saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu
dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri
Luas
luka bakar
Cara
lain untuk menghitung luas luka bakar adalah membandingkannya dengan luas
telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas
permukaan tubuh.
Perlu
diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing
derajat luka bakar.
DERAJAT
BERAT LUKA BAKAR
Derajat
berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh
yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka
bakar ringan
•
Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki,
kemaluan atau saluran napas
•
Luka bakar derajat dua kurang dari 15%
•
Luka bakar derajat satu kurang dari 50%
Luka
bakar sedang
• Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai
10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka
bakar derajat dua antara 15% sampai 30%
• Luka
bakar derajat satu lebih dari 50%
Luka
bakar berat
• Semua luka bakar yang disertai cedera pada
saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang
• Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah,
tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
• Luka
bakar derajat tiga di atas 10%
• Luka
bakar derajat dua lebih dari 30%
• Luka
bakar yang disertai cedera alat gerak
• Luka
bakar mengelilingi alat gerak
Beberapa
penyulit pada luka bakar adalah :
1.
Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari
55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
2.
Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan
berkepanjangan.
Penatalaksanaan
Penanganana luka bakar
•
Keamanan keadaan
•
Keamanan penolong dan orang lain
1.
Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena.
Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20
menit
2.
Buka pakaian dan perhiasan
3.
Lakukan penilaian dini
4.
Berikan pernapasan buatan bila perlu
5.
Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6.
Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan
gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari
tersendiri
7.
Upayakan penderita senyaman mungkin
EVAKUASI
MEKANIKA
TUBUH
Penggunaan
tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.
Cara
yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang
harus diperhatikan:
•
Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
•
Gunakan tungkai jangan punggung
•
Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
•
Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling
menopang
•
Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
•
Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal
tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat
korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang.
Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika
tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN
KORBAN
Kapan
penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum,
bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di
tempat.
Pemindahan
korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan
Darurat
(Pemindahan
ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap korban)
Contoh
situasi yang membutuhkan pemindahan segera:
•
Kebakaran atau bahaya kebakaran
•
Ledakan atau bahaya ledakan
•
Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
–
Bangunan yang tidak stabil
–
Mobil terbalik
–
Kerumunan masa yang resah
–
Material berbahaya
–
Tumpahan minyak
–
Cuaca ekstrim
•
Memperoleh akses menuju korban lainnya
•
Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban,
misalnya melakukan RJP
Bahaya
terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini
dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan
menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin
Beberapa
macam pemindahan darurat
•
Tarikan baju
•
Tarikan selimut atau kain
•
Tarikan bahu/lengan
•
Menggendong
•
Memapah
•
Membopong
•
Angkatan pemadam
Pemindahan
Biasa
Bila
tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila
semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya
:
•
Angkatan langsung
•
Angkatan ekstremitas (alat gerak)
Posisi
Korban
Bagaimana
meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.
•
Korban dengan syok
•
Tungkai ditinggikan
•
Korban dengan gangguan pernapasan
•
Biasanya posisi setengah duduk
•
Korban dengan nyeri perut
•
Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
•
Posisi pemulihan
•
Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak
mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban
akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan
Evakuasi
•
Tandu beroda
•
Tandu lipat
•
Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
•
Vest type extrication device (KED)
•
Tandu kursi
•
Tandu basket
•
Tandu fleksibel
•
Kain evakuasi
•
Papan spinal
KEDARURATAN
MEDIS
Semua
yang dialami korban yang tidak tergolong dalam kecelakaan dimasukan dalam
kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga
dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang
terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu
luka.
Dalam
penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali
kedaruratannya, terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi
hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar,
keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan
penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda
vital penderita secara teratur.
Gejala
dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala
dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas.
Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada
kedaruratan medis. Beberapa hal yang dapat diamati pada penderita yang
mengarahkan kecurigaan kita pada adanya masalah medis adalah :
Gejala
:
1.
Demam
2.
Nyeri
3.
Mual, muntah
4.
Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5.
Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6.
Sesak atau merasa sukar bernapas
7.
Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda
:
1.
Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2.
Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah
atau sangat kuat.
3.
Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat,
kebiruan, terlalu merah)
4.
Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering,
termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5.
Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6.
Bau khas dari mulut atau hidung
7.
Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8.
Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9.
Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap
semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau
nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis
Beberapa
gangguan medis yang umum ditemukan adalah :
1.
Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi
karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat
emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang
cukup, letih dan lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga.
Gejala
dan tanda:
1.
Perasaan limbung.
2.
Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
3.
Lemas, keluar keringat dingin.
4.
Menguap.
5.
Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
6.
Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan
:
1.
Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2.
Longgarkan pakaian.
3.
Usahakan penderita menghirup udara segar.
4.
Periksa cedera lainnya.
5.
Beri selimut, agar badannya hangat.
6.
Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7.
Bila tidak cepat pulih, maka:
-
periksa napas dan nadi.
-
posisikan stabil.
-
bawa ke fasilitas kesehatan
2. Paparan panas
Panas
dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang
terjadi:
A.
Kram panas
Terjadi
akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
1.
Kejang pada otot yang disertai nyeri
2.
Tungkai dan perut.
3.
Kelelahan.
4.
Mual
5.
Mungkin pingsan
Penatalaksanaan
:
1.
Baringkan penderita di tempat teduh.
2.
Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam.
3.
Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B.
Kelelahan Panas
Terjadi
akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang
suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.
Gejala
dan tanda :
1.
Pernapasan cepat dan dangkal.
2.
Nadi lemah.
3.
Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat
4.
Pucat, keringat berlebihan.
5.
Lemah, Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan
:
1.
Baringkan penderita di tempat yang teduh.
2.
Kendorkan pakaian yang mengikat.
3.
Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.
4.
Berikan oksigen bila ada.
5.
Beri minum bila penderita sadar.
6.
Rujuk ke fasilitas kesehatan.
C.
Sengatan Panas
Merupakan
keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak
kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka
sel otak akan segera mati.
Gejala
dan tanda:
1.
Pernapasan cepat dan dalam.
2.
Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3.
Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
4.
Manik mata melebar.
5.
Kehilangan kesadaran.
6.
Kejang umum atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan
:
1.
Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2.
Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata
kaki serta di samping leher.
3.
Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan
tambahkan es ke dalamnya.
4.
Rujuk ke fasilitas kesehatan.
3. Paparan dingin (Hipotermia)
Udara
dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai
beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk
hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
Gejala
dan tanda
Hipotermia
sedang :
1.
Menggigil.
2.
Terasa melayang.
3.
Pernapasan cepat, nadi lambat.
4.
Gangguan penglihatan.
5.
Reaksi mata lambat.
6.
Gemetar.
Hipotermia
berat :
1.
Pernapasan sangat lambat.
2.
Denyut nadi sangat lambat.
3.
Tidak ada respon.
4.
Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
5.
Alat gerak kaku.
6.
Tidak menggigil.
Penanganan
hipotermia:
Rawat
penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1.
Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
2.
Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
3.
Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
4.
Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5.
Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.
6.
Pantau tanda vital secara berkala.
7.
Rujuk ke fasilitas kesehatan.
4.
Keracunan
Pengertian:
Racun
adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat
menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Dalam
keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun
namun sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar
pada bagian tubuh dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita
pada kasus ini biasanya disamakan dengan keracunan.
Jalur
masuknya racun dalam tubuh manusia
1.
Melalui mulut/alat pencernaan.
2.
Melalui pernapasan.
3.
Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
4.
Melalui suntikan atau gigitan
Gejala
dan tanda keracunan secara umum
a.
Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b.
Penurunan respon
c.
Gangguan pernapasan
d.
Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e.
Mual, muntah, diare
f.
Lemas, lumpuh, kesemutan
g.
Pucat atau sianosis
h.
Kejang-kejang
i.
Gangguan pada kulit
j.
Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k.
Syok
l.
Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.
Penatalaksanaan
keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila
berhubungan dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama
bila berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya
bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka
buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan beracun bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna,
uapayakan mengencerkan racun.
7. Awasi jalan napas, terutama bila respon
menurun atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka
bilaslah daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa
muntahan dan sebagainya sebaiknya diamankan untuk identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan
*(
Materi modul Materi dasar Kepalangmerahan dan Pertolongan Pertama cetakan
pertama mengacu pada buku Pedoman Pertolongan Pertama Edisi kedua cetakan
keempat tahun 2009 terbitan Markas Pusat Palang Merah Indonesia, dan sumber
referensi lainnya )
MODUL
MATERI DASAR KEPALANGMERAHAN DAN PERTOLONGAN PERTAMA PMR WIRA
UNIT
SMK NEGERI 1 PALASAH
MATERI
DASAR KEPALANGMERAHAN DAN PERTOLONGAN PERTAMA
PALANG MERAH
REMAJA INDONESIA
UNIT SMK
NEGERI 1 PALASAH
Sekretariat:
Jl. Jatiwangi-Palimanan KM.5 Desa/Kec. Palasah. Kab. Majalengka 45475
Telp/Fax
: (0233) 884611, E-mail :smknpalasah.mjl@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar